PROSPEK TANAMAN GERBERA

Tanaman hias gerbera telah menjadi komoditas bunga potong yang penting di beberapa negara, di antaranya adalah Belanda dan Thailand. Pada tahun 1988 Belanda mengekspor bunga potong gerbera sebanyak 263.477.000 potong atau senilai 151.327.000 gulden. Tahun - tahun berikutnya ekspor bunga potong gerbera tersebut relatif stabil, yakni 276.333.000 potong atau senilai 141.752.000 gulden (1990).
Ekspor bunga potong gerbera tidak hanya didominasi Belanda saja, tetapi dalam beberapa tahun terakhir ini telah dirintis oleh Thailand. Pada tahun 1993, negara tersebut mengekspor bunga potong dan aneka jenis tanaman hias antara lain ke Jepang, Italia, Jerman, Amerika Serikat, Hongkong, Perancis, Swiss, Finlandia, Inggris, dan Swedia senilai lebih dari 1.000 juta baht (Rp.87 milyar). Lima jenis tanaman hias andalan Thailand adalah anggrek, mawar, melati, krisan, dan gerbera.
Di Indonesia tanaman hias gerbera belum berkembang pesat sebagai komoditas komersial. Dalam program penelitian dan pengembangan holtikultura di Indonesia garapan Puslitbang Hortikultura untuk periode tahun 1989 - 1994 masih mengklasifikasikan tanaman hias gerbera sebagai komoditas introdukso. Namun apabila tanaman hias gerbera ini berkembang baik di Indonesia pasti akan dapat menjadi komoditas potensial ataupun komoditas utama.
Di sentra - sentra produksi bunga potong di Indonesia, tanaman gerbera mulai banyak ditanam di berbagai daerah, seperti : kaban jahe, Barus jahe, Tiga Panah dan Simpang Empat (Brastagi, Sumatera Utara), Cipanas, Lembang, dan Sukabumi (Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), Batu dan Pujon (Malang, Jawa Timur).
Prospek pengembangan budidaya bunga potong gerbera amat cerah, karena selain dapat diandalkan sebagai komoditas ekspor, juga memiliki potensi sebagai salah satu penghasil minyak atsiri untuk bahan baku industri minyak wangi, kosmetika, dan sabun. Kondisi agroekologi tropis Indonesia sangat memungkinkan untuk pengembangan budidaya tanaman hias bunga potong gerbera, baik jenis gerbera lokal maupun mendatangkan dari luar negeri (introduksi).

Dikutip dari Buku Ir. Rahmat Rukmana